Saturday, September 6, 2008

Berkaca-kaca

Crying

Di irisku kulihat irisan

sebongkah peristiwa

secarik rahasia

dikunci dengan anagram

barisan acak huruf-huruf pilu

yang kuambil dari namamu


seingatku tak ada yang berubah

dari irisan di irisku

pelangi redup dan hujan kata-kata

gelap terang bisikan hati

kadang bising kadang sunyi


di irisku kulihat irisan

remang-remang pengharapan

maskara hitam yang luntur

karena cinta yang terbentur






Wednesday, August 13, 2008

Mawar Berduri

Smokey

Hai pangeran kegelapan

tangkupkan tanganmu pada mataku


hingga kulihat dua saja


hitam dan merah


atau sesekali ungu


tersaput air mata haru-biru


yang kita sulang dalam gelas piala

untuk kesamaan getir kita




Demi semburat merah dadu di matamu

kau sumpah pada dunia


bertandang tuk bawa aku pulang


menempati kastil terpencil


di galaksi paling pinggir


di mana dewa dewi


tak berkenan mampir

tuk pertanyakan kerangka naga

yang kau jadikan pagar istana




Tapi aku tak perlu

kau jadikan permaisuri


tak butuh mahkota selayaknya ratu


tak perlu permata atau gaun beludru


cukup kau jadikan selir


dapat kau panggil dapat kau usir


pun dapat kau pinta

berbuat apa saja

tapi takkan pernah bisa

kau harap jadi setia

sebab esok atau lusa

aku tak janji tuk selalu ada





Friday, July 25, 2008

Panas-Dingin

Drowning

Kau petik gitar

di matamu kulihat aurora


Hijau biru langit jadi temaram


Kau buat aku demam





Zombie

Henri Senders

Kutemukan sebagian aku

Terbius pendar kuningmu

Mengitari lampu seperti laron

Lalu ditepis seperti najis



Kutemukan sebagian aku

Melayang pada kecupmu

Lalu dihajar semena-mena

Gentayangan dengan luka menganga



Kutemukan sebagian aku

Terseok mengiba di kakimu

Meninggalkan sebagian yang tersisa

Jadi serpih digerus hampa






Monday, July 14, 2008

Kerlip Dini Hari

Eric Rolph

Lidahku melafal perlahan

bait-bait acak dalam kepala

kupintal jadi resital

nada merdu membiakkan mimpi

membuai kantuk dalam palungan



nada-nada nocturnal ini

berisi elegi

balada puan bertepuk sebelah tangan



laguku meniti pucuk menara

meraih ekor meteor yang melintasinya

menjadi kejora di ambang fajar

berkelip syahdu menunggu

jemari tuan atas tanganku






Faint Pain

Faint Pain


Malam belia

kaki-kaki yang waras

pembicaraan yang pantas

nada lagu mulus meretas




Malam penghabisan

di kota kelulusan

aku berniat menitis

sayonara yang manis



padamu--titik merah di dunia abu-abuku.




Aku menjelang,

kau lambaikan salam pulang

Lalu bubar

perpisahan yang hambar




Tidak ada sayonara manis

pada malam penghabisan


Setengah jam kemudian

aku tertunduk menangis




Malam yang renta

kaki-kaki merajalela

aku bergabung!


Pembicaraan tercela

nada lagu menggila


aku berkabung…





Friday, May 16, 2008

Unsent Farewell

Unsent Farewell - by Eka Dwibhakti

Kenangan rupanya

hanya sisa-sisa lelehan lilin


pada meja perjamuan


yang telah ditinggalkan





Perdamaian adalah

senyum kita di keremangan,


seraya melihat punggungmu


berlalu tanpa pesan




Pada jam-jam penghabisan malam

hanya aku yang tersisa


merembeskan kata yang tak terucap


pada pelupuk mata




Inilah rasa rindu yang begitu gaduh

merasuk pembuluh








Saturday, May 3, 2008

Wizard from Hell

Wizard from Hell by Eka Dwibhakti

Goresan ini

tanda mata darimu


saat kau jentikkan kembang api


lalu kau sentakkan langitku


kau remas pelangi dan matahari


seketika sebelum kau lari


lalu dengan sepatah dua kata


kau buat halilintar


menikam jantungku